ِ Allah telah mengingatkan kita tentang jalan-jalan yang digunakan oleh setan untuk menyesatkan manusia dalam kemaksiatan. Allah berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamr, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.” (QS. Al-Maidah: 90).
Demikianlah siapa saja yang menempuh salah satu dari jalan ini, baik meminum khamr, berjudi, mendekati berhala-berhala, mengundi nasib dengan melempar batu, membaca daun, atau apa saja dari perkara-perkara ramalan untuk mengetahui hal-hal yang ghaib, maka sungguh dia telah melakukan salah satu dari amalan-amalan yang dihimpun oleh setan untuk manusia, agar manusia berpaling dari Allah dan terjerumus ke dalam perbuatan yang haram.
Allah telah mengingatkan kita dari semua itu, Dia berfirman:
“Dan taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kamu kepada Rasul-Nya dan berhati-hatilah.” (QS. Al-Maidah: 92).
Peringatan ini mengingatkan agar kita semua mengetahui bahwa setan sekali-kali tidak akan pernah membiarkan kita untuk melaksanakan ketaatan kepada Allah dan ketaatan kepada Rasul-Nya, justru setan akan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk menghalangi kita dari semua itu. Bila kita ingin menutup seluruh jalan-jalan tersebut, setan akan menggoda kita pada saat berwudhu’, dan menjadikan kita lupa apakah kita telah mencuci kedua tangan kita atau belum. Atau sudahkah kita berwudhu sebagaimana mestinya atau belum? Kemudian datanglah waktu shalat, maka setan akan menjadikan kita lupa terhadap bilangan rakaat shalat yang sudah kita laksanakan, atau bilangan sujudnya. Ini bukanlah tanda sebuah kejelekan akan tetapi ini menunjukkan tanda-tanda kesolihan kita, karena setan tidak akan mendekati sebuah amalan yang tidak ada artinya selamanya. Seandainya shalat kita tidak diterima oleh Allah niscaya setan tidak akan mendekatinya, akan tetapi mendekatnya setan kepada shalat kita menunjukkan bahwa shalat kita diterima oleh Allah dan ia ingin merusaknya. Oleh sebab itu, hampir-hampir seseorang yang ingin memulai shalatnya melainkan setan akan mengingatkannya terhadap sesuatu yang menjadikannya lupa terhadap shalat tersebut, dan terus menggodanya dengan tujuan agar shalatnya menjadi rusak.
Di antara godaan setan yang lain adalah menyesatkan kita agar kita durhaka kepada Rasulullah, ia mengatakan kepada kita, “Sesungguhnya amalan ini tidak pernah diperintahkan oleh Al-Qur’an Al-Karim maka kalian tidak perlu untuk mentaatinya.” Padahal Allah telah berfirman:
“Katakanlah: ‘Taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul’.” (QS. An-Nuur: 54).
Dan Allah telah menyerahkan kepada Rasulullah urusan penetapan hukum, Allah berfirman:
“Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah; dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya.” (QS. Al-Hasyr: 7).
Rasulullah telah bersabda:
“Hampir-hampir seseorang duduk bersandarkan dipan-dipannya seraya menyampaikan hadits-hadits dariku dan kemudian ia berkata, ‘Di tengah-tengah kita terdapat kitab Allah, apa yang kami dapatkan di dalamnya dari sesuatu yang halal maka kami akan menghalalkannya, dan apa yang kami dapatkan di dalamnya dari sesuatu yang haram maka Kami akan mengharamkannya.’ Ketahuilah apa yang diharamkan oleh Rasulullah (hukumnya) seperti apa yang diharamkan oleh Allah.” (HR. Al-Baihaqi dalam Al-Musnad, IX/557 dan Al-Hakim dalam Al-Mustadrak, I/109).
Jalan yang ditempuh setan dalam menyesatkan manusia ada bermacam-macam, terkadang dengan rayuan (hasutan), godaan, gangguan, atau dengan bisikan.
Kalimat nazgh maknanya adalah nakhas yang berarti mencucuk atau menggerakkan, dan ini berbeda dengan kalimat al-lamsu yang berarti membisikkan atau menyentuh. Karena antara nakhis (yang menusuk) dengan mankhus (yang ditusuk) ada jarak (tenggang) waktu, adapun al-massu dengan cara langsung tanpa ada tenggang waktu, akan tetapi Anda tidak mengetahui dan tidak merasakan panasnya bisikan (sentuhan) tersebut, sedangkan al-lamsu dapat diketahui dan dirasakan pengaruhnya.
Jadi, ada tiga tahapan yang dilalui oleh setan, yaitu an-nazgh, al-massu, al-lamsu. Nazgh yang berasal dari setan adalah memasukkan sesuatu yang berbahaya dan menggelora dalam jiwa Anda yang menyebabkan bangkitnya rasa amarah, sehingga membuat Anda berperilaku tidak karuan (seperti orang bodoh), yang tidak sesuai dengan akal pikiran, apalagi agama.
Oleh sebab itu, tatkala Rasulullah bertanya kepada Rabb-nya, “Ya Rabb-ku! Bagaimana aku bisa terhindar dari rasa amarah?”
Maka Allah berfirman:
“Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan setan, maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-A’raaf: 200).
Dan kita tidak akan membicarakan panjang lebar masalah ini karena berkaitan dengan Rasulullah, akan tetapi jika ada sebagian orang bertanya; apakah setan bisa menggoda Rasulullah? Jawabnya ialah bahwa ayat di atas tidak menggunakan kalimat idza tetapi menggunakan kalimat imma dan imma memiliki arti hal itu bisa terjadi dan juga tidak. Jadi permasalahannya adalah adanya keraguan dan ketidakyakinan terhadap sesuatu yang tidak akan mungkin menimpa diri pribadi Rasulullah.
Akan tetapi, untuk membuktikan bahwa itu bisa terjadi, mengapa Rasulullah diharamkan bersenang-senang berhadapan dengan setan agar beliau dapat menampar tengkuknya dan membinasakannya? Rasulullah bersabda,
“Tidak seorangpun di antara kalian melainkan telah diwakilkan seorang qarin dari bangsa jin.” Para sahabat lantas bertanya, “Juga engkau wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “Juga aku, hanya saja Allah telah menolongku darinya, maka iapun tunduk (masuk Islam) dan tidak menyuruhku sesuatu kecuali yang baik.” (HR. Muslim, no. 7210).
Setan pernah menampakkan dirinya di hadapan Rasulullah ketika beliau hendak pergi menuju masjid, dan kemudian Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya ifrit dari bangsa jin telah meludahiku semalam dengan tujuan untuk memutuskan shalatku, maka Allah menyelamatkanku darinya sehingga aku bisa mencekiknya dan aku berkeinginan untuk mengikatnya pada salah satu tiang dari tiang-tiang masjid hingga datangnya pagi hari dan setiap kalian bisa menyaksikannya semua, namun aku teringat doa’ saudaraku Sulaiman tatkala ia berdoa’ kepada Allah:
“Ya Rabb-ku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang juapun sesudahku, sesungguhnya Engkau-lah Yang Maha Pemberi’.” (QS. Shaad: 35).
Kemudian Allah mengembalikannya dalam keadaan terusir.” (HR. Al-Bukhari, no. 461 dan Muslim, no. 1146).
Jadi, pertemuan itu benar-benar terjadi dan terkalahkannya setan berjalan begitu cepat. Dan Allah meminta kepada Rasulullah agar senantiasa berlindung kepada-Nya dari godaan setan tersebut. Memohon perlindungan kepada Allah maksudnya adalah meminta pertolongan-Nya, dan Anda tidak akan meminta pertolongan kecuali kepada yang lebih kuat dari Anda dan yang paling kuat dari musuh Anda.
karya Syaikh Muhammad Mutawalli Asy-Sya’rawi – An-Naba Solo
http://www.an-naba.com/?tag=ramalan
Monday, December 14, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment